Kamis, 25 April 2013

Ujian Selesai = Masalah Usai?



Sore itu, dengan diselimuti canda gurau dan gelak tawa, beberapa mahasiswa terlihat lebih bahagia dari kondisi sebelumnya. Seperti layaknya renaisance, mereka seakan dibangunkan dari tidur panjang akan kehidupan tanpa hiburan yang selama seminggu harus mereka tahan. Sebuah fenomena unik yang terjadi tanpa mereka sadari telah menyita perhatian dan tak dapat mereka hindari.
           

         Fenomena ini baru aku sadari ketika ku lihat perbedaan pola dari hari-hari sebelumnya.  Hari yang biasanya pada jam pulang kuliah terlihat sepi dan tidak ada aktivitas lain selain belajar dan belajar. Ya, sekarang sedang dalam suasana Ujian Tengah Semester. Setiap mahasiswa sibuk melengkapi catatan-catatan mereka dengan cara meminjam catatan teman lain yang lebih rajin, atau sekedar mem-fotokopinya, ada juga yang tak ambil pusing dengan ketidaklengkapan catatan mereka.
            Hari-hari sebelumnya dimana mahasiswa sibuk dengan catatan-catatan yang semakin dibaca semakin membingungkan dan pastinya membutuhkan referensi buku lain sebagai penunjang. Bebas dari kertas-kertas yang tiap pagi selalu setia memberi salam hangat dosen pengampu, yang berharap mahasiswanya mampu melewati tiap baris pertanyaan yang telah disisipkan dilembar pertanyaan. Yang terdengar hanya suara ujung pena dengan kertas yang saling beradu bentur menyisakan luka gores berupa tulisan-tulisan, ungkapan kekesalan di dalam ruangan yang ketat akan penjagaan para supervisor. Kanan, kiri, depan dan belakang, semua pos sudah terisi oleh keberadaan mereka.
            Tapi sore itu bagaikan badai amnesia yang menimpa para mahasiswa, membuat mereka lupa akan semua yang sudah mereka lalui. Mereka seperti merasa sudah tak memiliki beban lagi, UTS telah usai. Sekarang waktunya bersenang-senang. Tidak ada lagi kegalauan dengan pelajaran, semua sudah ditinggalkan. Kampus kembali ramai dengan berbagai aktifitas yang bemacam-macam mulai dari yang tak bermutu seperti kejar-kejaran bak anak kecil, hingga kegiatan rutin seperti diskusi dan sebagainya.
             Fenomena ini sangatlah unik. Kehidupan ini menjadi sempit ketika manusia harus tersita perhatian serta kebahagiaannya hanya karena ujian akademik. Padahal, ujian ini bukanlah suatu hal yang amat vital dalam kehidupan dalam menentukan kesuksesan hidup seseorang di masa yang akan datang. Setelah UTS selesai mereka seakan tidak memiliki beban lagi. Pundak mereka seperti terasa ringan dan dapat kembali leluasa menjalani hari-hari selanjutnya dengan santai. Padahal jika kita pikir-pikir lagi, hidup ini tidaklah se-simple itu, ada banyak masalah yang ‘pasti’ masih menunggu untuk kita datangi dan kita pecahkan. Sebagai generasi muda, kita harus bersiap dalam menghadapi persoalaan-persoalan yang lebih rumit dalam kehidupan dari pada sebuah ujian di atas kertas. Persoalan mengenai masalah kesejahteraan rakyat yang semenjak dahulu tak kunjung usai.
             Sebagai mahasiswa, gelar maha adalah gelar tertinggi dalam tatanan kehidupan. Sebagai gantinya, kita juga harus menerima konsekuensi atas gelar yang selama ini melekat dalam diri kita.  Maha dan siswa, ini berarti bahwa kita bukan lagi siswa yang hanya memiliki kewajiban belajar saja, lebih dari itu kita juga memiliki tanggung jawab memajukan bangsa dengan mengkader diri sendiri menjadi warga dengan integritas, warga dengan ide-idenya memecahkan solusi atas permasalahaan yang selama ini menyelimuti negeri tercinta.

Zed

Yogyakarta, 11 April 2013
 
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar :